Kami Ketiduran di Changi: Kisah Ketinggalan Pesawat yang Tak Terlupakan

Kami Ketiduran di Changi: Kisah Ketinggalan Pesawat yang Tak Terlupakan

September 4, 2023 Travelling 0
Kami Ketiduran di Changi: Kisah Ketinggalan Pesawat yang Tak Terlupakan

Tahun 2009, saya mendapatkan beasiswa DIKTI untuk melanjutkan studi S-2 di Kumamoto University, Jepang. Sebuah kesempatan emas yang saya nantikan sejak lama. Jadwal keberangkatan ke Jepang sudah direncanakan dengan rapi: 26 September 2009 siang, kami (saya dan Pak S, rekan dosen UNSRAT) terbang dengan Silk Air dari Manado ke Singapura, lalu melanjutkan perjalanan ke Fukuoka (bandara internasional terdekat dengan kota Kumamoto) lewat tengah malam dengan Singapore Airlines. Sesuai jadwal, kami seharusnya tiba di Fukuoka sekitar jam 8 pagi tanggal 27 September.

Pak S, teman perjalanan saya, adalah seorang dosen senior yang saat itu juga mendapat beasiswa untuk studi S-3 di universitas yang sama. Umurnya jauh lebih senior dibanding saya, hampir 50 tahun waktu itu, dan kepribadiannya yang tenang dan kebapakan membuat perjalanan ini terasa menyenangkan.

Kami tiba di Changi Airport sekitar jam 5 sore, dengan waktu transit yang cukup panjang hingga penerbangan berikutnya jam 1 dini hari. Mengisi waktu, kami memutuskan untuk menjelajahi bandara yang luar biasa luas dan mewah itu. Changi seperti dunia kecil tersendiri—pertokoan megah, taman yang menenangkan, ruang tunggu dengan TV layar lebar, hingga bioskop gratis.

Setelah puas berjalan-jalan, foto-foto, dan menikmati suasana, kami duduk di salah satu kursi nyaman di ruang tunggu. Sebuah TV layar lebar di depan kami memutar acara yang menarik. Pak S terlihat mengantuk, jadi saya menyarankan beliau untuk tidur sebentar sementara saya menonton TV.

Sekitar satu jam kemudian, Pak S terbangun ingin ke toilet, giliran saya merasa ngantuk. Saya meminta Pak S untuk gantian “jaga” atau bangunkan saya jika beliau ingin tidur lagi. Dengan yakin, Pak S mengiyakan karena ingin juga menonton TV. Tapi, apa yang terjadi kemudian? Pak S juga ketiduran dan kami berdua tertidur dengan lelapnya, tak menyadari bahwa waktu keberangkatan kami sudah tiba.

Itu dia “kursi bersejarah” saya, kursi merah di baris belakang kedua dari kiri

Entah karena apa, saya tiba-tiba terbangun, langsung memeriksa jam dan kaget luar biasa—tepat jam 1 dini hari! Saya bangunkan Pak S dengan panik, dan kami berlari mencari petugas. Mereka mengatakan pesawat kami belum take-off, tetapi gate keberangkatan sudah ditutup. Kami berusaha mengejar menggunakan airport buggy (kendaraan kecil seperti golf cart yang digunakan untuk mengantar penumpang di airport Changi), tetapi tetap saja terlambat.

Tubuh saya gemetaran, campuran dingin, gugup, dan menyesal. Pak S terduduk lesu. Kok bisa kami ketiduran di tengah transit yang penting ini? Setelah menenangkan diri, kami menemui petugas di counter informasi. Syukurlah, tiket kami tidak hangus. Kalau tiketnya hangus, kami rugi belasan juta. Kami “hanya” didenda sekitar Rp 1 juta dan dijadwalkan ulang untuk penerbangan berikutnya pada 28 September dini hari.

Karena harus menunggu sehari penuh, kami memutuskan untuk memanfaatkan waktu, berusaha mengubah “bencana” menjadi “wisata”. Kami menjelajahi Terminal 1, 2, dan 3 di Changi, menikmati berbagai fasilitas seperti taman bunga, bioskop, dan bahkan mengikuti City Bus Tour gratis keliling Singapura. Di tengah rasa malu, pengalaman ini menjadi sebuah petualangan tak terduga.

Malamnya, kami kembali ke bandara dengan tekad tidak akan terlambat lagi. Kali ini, kami menunggu langsung di depan gate. Pesawat berangkat sesuai jadwal, dan kami tiba di Jepang pada 28 September 2009. Perasaan lega bercampur dengan pelajaran besar: jangan pernah terlalu santai saat transit, bahkan di bandara ternyaman sekalipun.

Meski memalukan, pengalaman ini sering saya ceritakan ke teman-teman. Pak S, sahabat perjalanan saya saat itu, kini sudah tiada, tetapi kisah ini selalu menjadi pengingat indah tentang persahabatan kami dan pelajaran berharga tentang tanggung jawab. Semoga cerita ini juga bisa menjadi pengingat untuk Anda semua. Kalau transit di Changi, nikmati fasilitasnya, tapi jangan sampai terlalu nyaman hingga ketiduran seperti kami ya!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *