Ringkasan Sejarah Kekristenan

Ringkasan Sejarah Kekristenan

January 29, 2020 Christianity 0
Ringkasan Sejarah Kekristenan

Berbicara tentang sejarah kekristenan berarti menelusuri perjalanan panjang iman yang bermula dari ajaran Yesus di abad pertama. Perkembangannya berkaitan erat dengan berbagai peristiwa penting, mulai dari penganiayaan di era Kekaisaran Romawi hingga munculnya dukungan kekaisaran, dari perpecahan yang memunculkan berbagai tradisi hingga gerakan reformasi besar yang memunculkan denominasi baru. Seiring waktu, pertukaran gagasan, perkembangan teknologi (seperti mesin cetak), serta dinamika sosial-politik memengaruhi cara kekristenan dipahami dan dipraktikkan. Berikut ini ringkasan singkat bagaimana gereja Kristen berkembang sejak masa Yesus hingga masa kini.

1) Masa Yesus dan Para Rasul (Abad 1 M)

Kisah gereja Kristen bermula dari Yesus Kristus (sekitar 4 SM–30 M), yang melakukan pelayanan di wilayah Yudea. Ia mengajarkan tentang kasih, pengampunan, serta Kerajaan Allah, dan memilih murid-murid yang kelak disebut para rasul. Sesudah kematian dan kebangkitan-Nya, para rasul, termasuk Paulus (sekitar 5–67 M) yang sebelumnya memusuhi orang Kristen, mulai menyebarkan ajaran Yesus ke wilayah-wilayah sekitar Laut Mediterania. Perkumpulan orang-orang percaya inilah yang disebut gereja perdana, dan tulisan-tulisan mereka kemudian dihimpun dalam Perjanjian Baru.

2) Masa Penganiayaan dan Pertumbuhan (Abad 1–3 M)

Selama tiga abad pertama, umat Kristen sering mengalami penganiayaan dari Kekaisaran Romawi. Salah satu contoh penganiayaan berat terjadi di masa Kaisar Nero (37–68 M), terutama setelah peristiwa kebakaran hebat di Roma pada tahun 64 M. Kaisar Nero menyalahkan umat Kristen, sehingga banyak yang ditangkap, disiksa, dan dihukum mati. Ironisnya, justru di bawah tekanan ini, iman Kristen semakin tersebar. Para penganut yang terpaksa beribadah secara sembunyi-sembunyi melarikan diri ke wilayah-wilayah lain, sambil membawa kabar Injil. Walau banyak tantangan, jumlah orang Kristen kian bertambah berkat kesaksian para martir.

3) Kristen Menjadi Agama Resmi (Abad 4–5 M)

Titik balik penting terjadi ketika Kaisar Konstantinus (272–337 M) mengeluarkan Maklumat Milan (Edict of Milan) pada tahun 313 M, yang mengakhiri penganiayaan terhadap orang Kristen. Kemudian, Kaisar Theodosius (347–395 M) bahkan menjadikan Kristen sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi. Di era inilah diadakan Konsili Nicea (325 M) yang menetapkan Kredo Nicea dan menegaskan keilahian Yesus. Langkah ini menandai perkembangan struktur gereja yang lebih terorganisir dan penguatan doktrin melalui konsili-konsili ekumenis.

4) Perpecahan Gereja Timur dan Barat (Abad 5–15 M)

Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5, pengaruh politik bergeser ke Konstantinopel di bagian Timur. Perbedaan bahasa, budaya, dan teologi antara gereja di Barat (yang menjadi Gereja Katolik Roma) dan gereja di Timur (Gereja Ortodoks) makin melebar. Puncaknya terjadi pada tahun 1054, saat Skisma Besar memisahkan secara resmi kedua gereja. Pada masa ini pula berlangsung Perang Salib (abad ke-11 hingga ke-13), yang turut membentuk dinamika antara Barat, Timur, dan dunia Islam.

5) Reformasi Protestan (Abad 16–17 M)

Reformasi Protestan (Abad 16–17 M) dipicu oleh perkembangan mesin cetak Johannes Gutenberg (sekitar 1398–1468), yang memudahkan penyebaran Alkitab dan tulisan-tulisan kritis terhadap Gereja Katolik. Martin Luther (1483–1546) di Jerman memulai gerakan ini dengan 95 Dalil yang menentang penjualan indulgensi, sementara pemikiran John Calvin (1509–1564) dan Ulrich Zwingli (1484–1531) juga memberi corak berbeda pada gerakan reformasi. Kritikan yang semula terfokus pada praktik gereja meluas menjadi tuntutan untuk kembali ke Kitab Suci (sola scriptura), sehingga lahir denominasi-denominasi baru seperti Lutheran, Reformed, dan Anglikan. Sebagai tanggapan, Gereja Katolik melaksanakan Kontra-Reformasi melalui Konsili Trent (1545–1563), menegaskan kembali doktrin resmi dan melakukan pembaruan di berbagai bidang, sekaligus memperkuat semangat misioner ke seluruh dunia.

6) Ekspansi Global dan Misi Kristen (Abad 18–19 M)

Penemuan rute pelayaran dan arus kolonisasi Eropa membuat kekristenan menyebar ke benua Amerika, Afrika, serta Asia. Misionaris dari kalangan Katolik, Protestan, maupun Ortodoks mendirikan gereja-gereja di banyak tempat. Di Eropa sendiri, abad ke-18 sampai abad ke-19 ditandai oleh gerakan Pencerahan (Enlightenment) yang mengedepankan rasionalitas dan sains, sehingga gereja harus beradaptasi dengan pemikiran modern yang kian berkembang.

7) Abad 20 dan Gerakan Ekumenis

Pada abad ke-20, dunia dilanda dua perang besar yang memengaruhi situasi sosial-politik, sementara gereja Kristen menghadapi tantangan untuk tetap relevan. Gereja Katolik Roma mengadakan Konsili Vatikan II (1962–1965) yang membarui banyak aspek, termasuk liturgi dan pendekatan terhadap dunia modern. Di sisi lain, gereja-gereja Protestan dan Ortodoks pun berefleksi dan melakukan reformasi internal masing-masing. Muncul juga gerakan ekumenis yang berupaya mendekatkan berbagai denominasi, serta bangkitnya gereja-gereja Pentakosta dan Karismatik yang berkembang pesat di berbagai benua.

8) Kekristenan Kontemporer (Abad 21–Sekarang)

Pada masa kini, kekristenan hadir dalam berbagai ekspresi denominasi dan tradisi, dengan sekitar 45.000 denominasi berbeda di seluruh dunia. Kekristenan tetap menjadi agama terbesar secara global, dengan jumlah pengikut sekitar 2,4 miliar orang, atau lebih dari 30% populasi dunia. Di satu sisi, gereja terus mempertahankan ajaran yang sudah bertahan sejak zaman Yesus dan para rasul. Di sisi lain, gereja juga dihadapkan pada isu-isu global seperti keadilan sosial, lingkungan, perkembangan teknologi, dan pluralitas agama. Semua itu menuntut keterbukaan serta dialog dengan masyarakat luas. Meskipun beragam, komunitas Kristen di seluruh dunia tetap merujuk pada inti ajaran yang berakar pada kasih, pengampunan, dan harapan yang disampaikan Yesus Kristus.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *